Televisi Digital
: Definisi Khusus
Bagaikan Dua benang jelujur
adegan media global di abad ke dua puluh satu. Mereka adalah penyebaran media
digital - dari komputer ke ponsel ke televisi digital ke Internet - dan
konvergensi media terpisah sebelumnya dibawa oleh revolusi digital. Kedua
adalah faktor penting dalam pengembangan televisi digital. Istilah 'digital'
hanya berarti informasi yang diperinci menjadi serangkaian 0s 1s dan dan
dimasukkan ke dalam bentuk yang dapat dengan mudah dimanipulasi oleh pernah-cepat
microchip yang terletak di jantung setiap perangkat digital. Hal ini membedakan
komputer dan banyak keturunan berikutnya mereka dari media analog yang lebih
tua seperti film, radio, televisi dan audio / rekaman video seperti yang kita
tahu mereka sebelum 2000. media Analog mengandalkan replika fisik (atau analog)
dari fenomena fisik, seperti suara atau gambar, yang dapat ditularkan atau
diawetkan melalui beberapa jenis medium fisik, apakah itu sinyal magnetik pada
tape, gelombang elektronik ditransmisikan melalui spektrum, atau perubahan
kimia pada strip seluloid.
Digitalisasi
- dalam produksi, distribusi dan resepsi - ditransformasikan tradisional media,
dimulai pada pertengahan 1990-an: dalam komunikasi satelit, dalam pencatatan teknologi,
dalam generasi baru set televisi, di televisi kabel, di radio dan penyiaran
televisi, dan banyak lagi. Industri konvergensi segera diikuti. Dari compact
disc (CD) untuk rekaman digital (DAT) untuk disc video digital (DVD) dan pintar
VCR (DVR dan TiVo), dari televisi definisi tinggi (HDTV) untuk multiplexing televisi
digital (DTV) untuk mengarahkan satelit siaran (DBS) ke YouTube, dari sel video
telepon untuk iPod ke radio satelit (XM, Sirius) - semua menarik pada berbagai
bentuk konvergensi industri serta teknologi digital. Mereka mengancam untuk
memecah perbatasan media yang lebih tua, dan tantangan struktur lama
kepemilikan, kontrol, kadar dan penonton menggunakan juga. Mereka membuat
beberapa hal lebih mudah - seperti berbagi berbagai bentuk media di seluruh hambatan
properti nasional dan intelektual, dan beberapa hal keras - seperti melindungi
privasi dan mencari tahu siapa yang akan membayar. Bab ini membahas ini sejarah,
teknologi dan debat pada gilirannya, dimulai dengan asal-usul digital televisi.
Televisi
digital atau DTV adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan
sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan data ke pesawat
televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk menangkap siaran
TV digital, perkembangan dari sistem siaran analog ke digital yang mengubah
informasi menjadi sinyal digital berbentuk bit data seperti komputer.
Pendorong
pengembangan televisi digital antara lain:
Perubahan
lingkungan eksternal
Pasar
televisi analog yang sudah jenuh
Kompetisi
dengan sistem penyiaran satelit dan kabel
Perkembangan
teknologi
Teknologi
pemrosesan sinyal digital
Teknologi
transmisi digital
Teknologi
semikonduktor
Teknologi
peralatan yang beresolusi tinggi
Transisi TV analog ke TV digital
Transisi
dari pesawat televisi analog menjadi pesawat televisi digital membutuhkan
penggantian perangkat pemancar televisi dan penerima siaran televisi. Agar
dapat menerima penyiaran digital, diperlukan pesawat TV digital. Namun, jika
ingin tetap menggunakan pesawat televisi analog, penyiaran digital dapat
ditangkap dengan alat tambahan yang disebut kotak konverter (Set Top Box).
Ketika menggunakan pesawat televisi analog, sinyal penyiaran digital akan
dirubah oleh kotak konverter menjadi sinyal analog. Dengan demikian pengguna
pesawat televisi analog tetap dapat menikmati siaran televisi digital. Pengguna
televisi analog tetap dapat menggunakan siaran analog dan secara perlahan-lahan
beralih ke teknologi siaran digital tanpa terputus layanan siaran yang
digunakan selama ini.
Proses
transisi yang berjalan secara perlahan dapat meminimalkan risiko kerugian
terutama yang dihadapi oleh operator televisi dan masyarakat. Resiko tersebut
antara lain berupa informasi mengenai program siaran dan perangkat tambahan
yang harus dipasang tersebut. Sebelum masyarakat mampu mengganti televisi
analognya menjadi televisi digital, masyarakat menerima siaran analog dari
pemancar televisi yang menyiarkan siaran televisi digital.
Bagi
operator televisi, risiko kerugian berasal dari biaya membangun infrastruktur
televisi digital terestrial yang relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan
membangun infrastruktur televisi analog. Operator televisi dapat memanfaatkan
infrastruktur penyiaran yang telah dibangunnya selama ini seperti studio,
bangunan, sumber daya manusia, dan lain sebagainya apabila operator televisi
dapat menerapkan pola kerja dengan calon penyelenggara TV digital. Penerapan
pola kerja dengan calon penyelenggara digital pada akhirnya menyebabkan
operator televisi tidak dihadapkan pada risiko yang berlebihan. Di kemudian
hari, penyelenggara penyiaran televisi digital dapat dibedakan ke dalam dua
posisi yaitu menjadi penyedia jaringan, serta penyedia isi.
Perpindahan
dari sinyal analog ke sinyal digital sudah dilakukan di sejumlah negara maju
beberapa tahun yang lalu. Di Jerman, proyek penggunaan sinyal digital dimulai
sejak tahun 2003 di Berlin dan tahun 2005 di Muenchen. Sementara Perancis dan
Inggris telah menghentikan secara total siaran televisi analog mereka. Di
Amerika Serikat, melalui Undang-Undang Pengurangan Defisit tahun 2005 yang
telah disetujui oleh Kongres, setiap stasiun televisi lokal yang berdaya penuh
diminta untuk mematikan saluran analog mereka pada tanggal 17 Februari 2009 dan
meneruskan siaran dalam bentuk digital secara eksklusif. Sementara Jepang akan
memulai siaran televisi digital secara massal pada tahun 2011.
Perbedaan TV
Digital dengan TV Analog.
Perbedaan
mendasar antara TV Digital dengan TV Analog
Perbedaan
yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan digital
terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog, semakin
jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan penerimaan gambar
menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital, siaran gambar yang
jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat
diterima lagi.
Perbedaan
TV Digital dan TV Analog hanyalah perbedaan pada sistim tranmisi pancarannya,
kebanyakan TV di Indonesia, masih menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya
langsung pada Frekwensi Carrier, Sedangkan pada Pada sistim digital, data
gambar atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan.
Orang
awam pun dapat membedakan dengan mudah, jika TV analog signalnya lemah (semisal
problem pada antena) maka gambar yang diterima akan banyak ‘semut’ tetapi jika
TV Digital yang terjadi adalah bukan ‘semut’ melainkan gambar yang lengket
seperti kalau kita menonton VCD yang rusak. Kualitas Digital jadi lebih bagus,
karena dengan Format digital banyak hal dipermudah.
Siaran
TV Satelit Dulu memakai Analog. Sekarang sudah banyak yang digital. Tidak semua
TV satelit memakai sistim Digital. Di beberapa satelit Arab banyak yang memakai
mode analog. Sebenarnya untuk menerima siaran digital untuk TV yang analog
tidaklah terlalu mahal. Receiver ini hanya tinggal pasang antena dan kemudian
AV nya colokkan ke TV. Untuk siaran TV satelit namanya DVB-S (Digital Video
Broadcasting – Satelite). Sedangkan untuk di daratan namanya DVB-T(Digital
Video Broadcasting – Terresterial)
Jika
anda melihat Indosiar atau Metro TV atau RCTI melalui satelit anda bisa melihat
siaran TV Digital. Tidak Harus plasma, Tidak harus HD, karena stasiun TV
Nasional masih memakai SDTV meskipun mereka memancarkan secara digital lewat
satelit Dengan memakai TV 14 inchi yang paling murahpun anda bisa menonton TV
digital. Sedangkan jika anda membeli TV LCD, hampir semua bisa menerima signal
Digital tanpa alat tambahan karena sudah dilengkapi dengan receiver digital.
Dampak Penyiaran
TV Digital
Dampak
Positif
Banyak
manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV digital
antara lain:
•
Kualitas gambar yang lebih halus dan tajam,
•
Pengurangan terhadap efek noise,
•
Kemudahan untuk recovery pada penerima dengan error correction code, serta
•
mengurangi efek dopler jika menerima siaran tv dalam kondisi bergerak (misalnya
di mobil, bus, maupun kereta api).
•
Selain itu sinyal digital dapat menampung program siaran dalam satu paket,
dikarenakan pemakaian bandwidth pada tv digital tidak sebesar tv analog.
Dampak
Negatif
Disamping
banyak hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam migrasi
ke siaran TV digital pun juga semakin banyak seperti:
•
Regulasi bidang penyiaran yang harus diperbaiki,
•
Standardisasi yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi
yang akan digunakan,
•
Industri pendukung yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya.
•
Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru,
selain penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun sendiri
infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting
seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah
menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya
sudah habis.
Prospek Masa Depan Penyiaran TV di Indonesia jika dikaitkan
dengan Digitalisasi Sistem Siaran TV
Saat ini
perkembangan teknologi semakin berkembang dan semakin maju. Hal ini tentu
memudahkan kita sebagai konsumen (masyarakat) bisa menikmati era dimana semua
peralatan kebutuhan sudah canggih. Semua alat yang tadinya bersifat analog,
sekarang berubah menjadi serba digital. Hal yang paling awal dan sering ditemui
mungkin seperti jam tangan, kamera, HP dan beberapa tahun terakhir sudah mulai
berkembang teknologi TV digital yang mana memiliki hasil siaran dengan kualitas
gambar dan warna yang jauh lebih baik dari yang dihasilkan televisi analog
serta menghasilkan pengiriman gambar yang jernih dan stabil meski alat penerima
siaran berada dalam kondisi bergerak dengan kecepatan tinggi. Dengan adanya
teknologi TV digital, masyarakat / konsumen dimanjakan dengan perkembangan
teknologi ini. Banyak kelebihan yang tidak dimiliki TV analog, yang saat ini
mungkin masih ada beberapa masyarakat yang menggunakannya.
Tidak hanya TV
digital, sistem siaran pun saat ini sudah beralih ke penyiaran sistem digital.
Siaran televisi digital atau penyiaran digital sendiri merupakan jenis siaran
televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan
sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi.
Penyiaran TV
Digital secara umum didefinisikan sebagai pengambilan atau penyimpanan gambar
dan suara secara digital, yang pemrosesannya (encoding-multiplexing) termasuk
proses transmisi, dilakukan secara digital dan kemudian setelah melalui proses
pengiriman melalui udara, proses penerimaan (receiving) pada pesawat penerima,
baik penerimaan tetap di rumah (fixed reception) maupun yang bergerak (mobile reception)
dilakukan secara digital pula.
Implementasi
teknologi penyiaran TV digital bukanlah rekayasa dan upaya yang mengharuskan
masyarakat menggunakan pesawat tv baru yang digital. Upaya ini lebih terfokus
pada sinyal digital yang ditransmisikan dari pemancar, sehingga pesawat TV yang
ada pada pemirsa cukup ditambahi perangkat set-top box agar dapat menerima
sinyal TV Digital.
Dibandingkan
dengan analog, kelebihan sinyal digital terletak pada ketahanannya terhadap
derau dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) pada bagian penerimanya
dengan suatu kode koreksi kesalahan (error correction code). Keuntungan lainnya
adalah pada konsumsi bandwidth yang lebih efisien serta efek interferensi yang
lebih rendah dan penggunaan sistem OFDM (Orthogonal frequency Division
Multiplexing) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak.
Pada sistem
penyiaran TV analog, efek lintasan jamak ini akan menimbulkan echo yang
mengakibatkan munculnya gambar ganda yang sangat mengganggu kenikmatan
menonton. Penyiaran TV digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah serta
menghasilkan kualitas gambar dan warna yang jauh lebih bagus daripada penyiaran
TV analog.
Dari segi
layanan, sistem penyiaran TV digital mampu meningkatkan kualitas siaran,
disamping memberikan lebih banyak pilihan program kepada pemirsa, serta
memungkinkan konvergensi dengan berbagai media seperti media internet, media
telepon selular, dan PDA. Pada sisi aplikasi, siaran TV digital memberikan
fleksibilitas aplikasi interaktif sehingga akan sangat mendukung kebutuhan
interaksi antara penyedia jasa program dengan penggunanya, baik yang bersifat
komersial, seperti interactive advertisement, tele-news, tele-banking,
tele-shopping, maupun nonkomersial seperti tele-education, tele-working dan
tele-traffic.
Pemerintah sudah
menetapkan standar DVB-T sebagai standar yang dipakai untuk TV digital di
Indonesia dengan konsep pemancaran yang masih sama yaitu berbasis terestrial di
kanal UHF dan free-to-air. Untuk bisa menerima siaran digital, diperlukan alat
tambahan bernama STB (Set-Top-Box) alias dekoder yang dihubungkan ke antena UHF
biasa. Nantinya, setiap televisi yang dijual di tanah air sudah mampu menangkap
siaran DVB-T tanpa bantuan dekoder lagi.
Dalam konsep
pemerintah, nantinya sebuah konsep penyiaran digital akan terbagi dalam banyak
bagian yang terlibat, yaitu :
penyedia konten
(seperti PH)
penyelenggara
program siaran (stasiun TV)
penyelenggara
multipleksing
penyelenggara
transmisi (yang memiliki menara)
Dari konsep
diatas nampak kalau nantinya stasiun TV bisa memancarkan siarannya melalui
pihak ketiga, sehingga pihak ketigalah yang fokus pada urusan DVB-T beserta
segala perizinannya. Dengan begitu diharapkan nantinya akan banyak bermunculan
TV baru dan disisi lain diharapkan siaran digital ini cukup memakai satu menara
bersama. Multipleksing sendiri artinya penggabungan, atau menggabung beberapa
siaran TV dalam satu kanal. Konsep ini didasarkan pada fakta bahwa untuk
modulasi digital DVB-T, satu kanal UHF bisa diisi hingga 6 stasiun TV. Bahkan
komposisi multipleks ini bisa dibuat gabungan siaran DVB-T dan akses data, atau
komunikasi data.
Dengan adanya
digitalisasi sistem siaran TV di Indonesia, dimana terjadinya migrasi dari
sistem penyiaran analog menuju sistem penyiaran digital, memiliki konsekuensi tersedianya
saluran siaran yang lebih banyak sehingga masyarakat dapat menikmati lebih dari
empat atau enam stasiun televisi, akan membuka peluang lebih luas bagi para
pelaku penyiaran dalam menjalankan fungsinya dan dapat memberikan peluang lebih
banyak bagi masyarakat luas untuk terlibat dalam industri penyiaran. Tentunya
juga dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan
informasi lebih banyak lagi.
Dampak Adanya
Sistem Siaran Digital Televisi di Indonesia
Pada
tanggal 13 Agustus 2008, Indonesia telah menapak ke pintu teknologi penyiaran
televisi digital. Peristiwa itu berupa soft launching siaran TV digital oleh
TVRI. Langkah ini jelas akan menjadi lokomotif bagi perubahan yang bakal cukup
radikal di bidang penyiaran televisi nasional.
Perubahan
atau penyesuaian itu tak hanya di sisi penyedia konten dan infrastruktur
penyiaran, tetapi juga di masyarakat. Sudah jamak diketahui bahwa masyarakat
makin mengandalkan televisi sebagai media informasi sekaligus hiburan, yang
ditandai kian tahun kian meningkat peredaran jumlah pesawat televisi. Saat ini
ada sekitar 40 juta unit televisi yang ditonton lebih dari 200 juta orang.
Teknologi
TV digital dipilih karena punya banyak kelebihan dibandingkan dengan analog.
Teknologi ini punya ketahanan terhadap efek interferensi, derau dan fading,
serta kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan (recovery) terhadap sinyal
yang rusak akibat proses pengiriman/transmisi sinyal. Perbaikan akan dilakukan
di bagian penerima dengan suatu kode koreksi error (error correction code)
tertentu. Kelebihan lainnya adalah efisiensi di banyak hal, antara lain pada
spektrum frekuensi (efisiensi bandwidth), efisiensi dalam network transmission,
transmission power, maupun consumption power.
Di
samping itu, TV digital menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih stabil dan
resolusi lebih tajam ketimbang analog. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan
sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) yang tangguh dalam
mengatasi efek lintas jamak (multipath). Pada sistem analog, efek lintasan
jamak menimbulkan echo yang berakibat munculnya gambar ganda (seakan ada
bayangan).
Kelebihan
lainnya adalah ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi karena
pergerakan pesawat penerima (untuk penerimaan mobile), misalnya di kendaraan
yang bergerak, sehingga tidak terjadi gambar bergoyang atau berubah-ubah
kualitasnya seperti pada TV analog saat ini.
Keputusan
pemerintah atas penggunaan DVB-T sebagai standar TV digital terestrial akan
menjadi lokomotif terjadinya migrasi dari era penyiaran analog menuju era
penyiaran digital di Indonesia. Pilihan ini membuka peluang ketersediaan
saluran siaran yang lebih banyak, yang berimplikasi dalam banyak aspek. Untuk
itu, peran pemerintah menjadi sangat strategis dalam mempersiapkan pengembangan
sumber daya manusia yang mampu mengisi dan menjadi pelaku industri penyiaran
digital. Momentum penyiaran digital ini diharapkan dapat menjadi pemicu tumbuh
dan berkembangnya kemandirian bangsa.
Peran
pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika memang terlihat cukup
besar. Banyak hal yang telah dilakukan, antara lain pembentukan tiga working
group (WG), yaitu WG Regulasi TV Digital, WG Master Plan Frequency, dan WG
Teknologi Peralatan untuk Persiapan Implementasi TV Digital. Selain itu, telah
dilakukan pembentukan konsorsium uji coba TV digital, pembagian set-top box
(STB) kepada perwakilan masyarakat, sampai dengan kegiatan sosialisasi ke
berbagai daerah yang melibatkan beragam unsur masyarakat. Partisipasi aktif
pemerintah dalam implementasi teknologi TV digital ini menjadi penting karena
migrasi ini akan menimbulkan revolusi di bidang penyiaran.
Munculnya
televisi digital di Indonesia harus dipikirkan dampak dan konsekuensinya karena
selama ini masih banyak masyarakat yang menggunakan dan terbiasa dengan
televisi analog. Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus diterima
dengan peralihan ke TV digital ini adalah:
·
Perlunya
pesawat TV baru atau paling tidak kita perlu membeli TV Tuner baru yang
harganya bisa dibilang cukup mahal. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang
besar, mengingat hampir seluruh komponen pertelevisian di Indonesia masih
menggunakan komponen analog, sehingga kemajuan tekhnologi televisi digital ini
dapat mematikan usaha-usaha kecil yang selama ini telah ada. Karenanya hal ini
mewajibkan Pemerintah untuk mensosialisasikan lebih rinci kepada masyarakat.
·
Mahalnya
perangkat transmisi dan operasional broadcast berbasis tehnologi digital
merupakan persoalan tersendiri bagi kemampuan industri televisi di Indonesia.
Bagaimanapun untuk bisa menyiarkan program secara digital, perangkat pemancar
memang harus diganti dengan perangkat baru yang memiliki sistem modulasi
frekuensi secara digital. Untuk mem-back up operasional sehari-hari saja dengan
tingkat persaingan antar sesama radio dan televisi swasta nasional saja sudah
sangat berat, apalagi untuk harus mengalokasikan sekian persen pemasukan iklan
untuk digunakan bagi digitalisasi. Selain itu, dalam masa transisi, stasiun
televisi harus siaran multicast atau operasional di dua saluran secara paralel:
analog dan digital, karena tetap memberi kesempatan pada masyarakat yang belum
dapat membeli televisi digital.
·
Sistem
pemrosesan sinyalnya. Pada sistem digital, karena diperlukan tambahan proses
misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan equalization di
penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik
dibandingkan TV Analog. Ketika TV analog sudah menampilkan gambar baru, maka TV
Digital masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya.
·
Bagaimana
soal akses pada jaringan media serta kondisi sistem akses itu sendiri.
Persoalan seperti pengaturan decoder TV digital maupun content media menjadi
layak kaji dalam hal ini. Dan akses pada spektrum frekuensi.
·
Bagaimanapun
pada era penyiaran digital telah terjadi konvergensi antarteknologi penyiaran
(broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan teknologi internet (IT).
Dalam era penyiaran digital, ketiga teknologi tersebut sudah menyatu dalam satu
media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat untuk memperoleh ataupun
menyampaikan informasi menjadi semakin mudah dan terbuka.
·
Momentum
penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang rumah produksi,
pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia, industri senetron,
film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk menghidupkan
ekonomi masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar