Etika
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Permasalahan utama
dalam komunikasi bisnis dalam era global adalah kesulitan-kesulitan untuk
memahami etika komunikasi yang harus dihadapi para pebisnis yang terlibat, yang
diakibatkan perbedaan dalam ekspektasi budaya masing-masing pebisnis. Sebagai
contoh pada seorang pramugari dalam sebuah maskapai penerbangan Amerika akan
mengambil roda minuman. Sebuah tas secara parsial menghalangi gang, dan ia
menggunakan kakinya untukmenggeserkan secara pelan agar masuk kebawah tempat
duduk. Tindakannya yang lugu itu membuat seorang pria korea marah yang tasnya
ia geser tadi. Baginya, tindakan itu seperti meludah ke tasnya. Pramugari itu
menenangkannya, terutama karena ia tak mengerti mengapa tindakannya tadi
membuatnya gusar (Bosrock, 2007:35)
Etika adalah
standar-standar moral yang mengatur perilaku kita: bagaimana kita bertindak dan
mengharapkan orang lain bertindak (Verderber, 1978:313).
Bangsa-bangsa berlainan mendefinisikan
konsep-konsep kebenaran, rasionalitas, objektivitas, kesopanan, penghinaan,
kebebasan, tanggung jawab atau kebohongan secara berlainan pula. Berbagai aspek
etika komunikasi bisnis, seperti bagaimana kita memanggil nama, berkenalan,
menyapa, berjanji, melakukan presentasi, melakukan negosiasi, melakukan
kontrak, semua itu terikat budaya. Jadi tidak ada etika komunikasi bisnis yang
universal. Bahkan cara bertukar kartu nama saja dapat memberikan indikasi bagi
pebisnis Jepang apakah mitra komunikasinya layak dijadikan mitra bisnis atau
tidak.
Kerumitan Etika Bahasa Verbal
Perbedaan-perbedaan
budaya antar suatu masyarakat dengan masyarakat lain jelas memperumit penilaian
atas etika komunikasi.
“Hai wakarimashita” atau “Ya, saya
mengerti”. Di Jepang, bagi seseorang untuk mengakui bahwa ia tidak dapat
melaksanakan suatu pekerjaan atau standar berarti kehilangan muka yang menyakitkan. Etika
berbicara bervariasi dalam konteks bisnis. Banyak berbicara dan kurang
berbicara
Etika berbicara, seperti dikemukakan
oleh Lewis (1996) bervariasi dalam konteks bisnis. Misalnya, umumnya orang
Jerman dan orang Swedia adalah pendengar yang baik. Namun tidak demikian halnya
orang Italia dan Spanyol; mereka malah sering memotong pembicaraan dengan
bahasa tubuh dan isyarat tangan yang hidup dan terkesan berlebihan . di Jepang
dan di Finlandia, diam adalah suatu bagian integraldalam percakapan; jeda
dianggap sebagai istirahat, ramah, dan pantas. Karena itu orang Jepang tidak
menyukai orang Amerika yang argumentatif, sementara orang Amerika sulit
memahami orang Jepang yang pendiam.
Kesulitan bisa muncul saat kita pertama
kali bertemu dengan calon mitra bisnis, bagaimana kita harus menyapanya,
menggunakan gelarnya untuk menghormatinya atau memanggil nama pertama supaya
cepat akrab. Di Amerika atau di Australia, anda bisa langsung memanggil nama
pertamanya kepada mitra bisnis anda yang baru, tetapi jangan coba melakukan itu
di Jerman dan di Italia. Di kedua negara itu, mereka yang punya gelar
khususnya, biasa dipanggil “Tuan Profesor,” “Tuan Pengacara,” “ atau sekadar
“Herr Schneider” di Jerman atau ”Senor Baggio” di Italia. Juga di China,,
mereka yang punya jabatan tinggi dipanggil berdasarkan jabatan meereka,
misalnya “Presiden” atau “Manajer”. Dalam konteks bisnis, di Amerika seorang
penjual lazim berbicara langsung ke tujuan ketika mendatangi pelanggan,
sementara dalam negosiasi, eksekutifnya meminimalkan basa-basi dan protokol.
Kerumitan Etika Bahasa Nonverbal
Bahasa nonverbal
seperti sikap tubuh, gerak-gerik, sentuhan, ekspresi wajah, senyuman, kontak
mata, nada suara, diam, pakaian, penggunaan ruang, konsep waktu, pengendalaian
emosi yang dianut suatu kelompok budaya juga sangat rumit dan berbeda dari
suatu budaya ke budaya lainnya.
Menggunakan tangan kiri tidak sopan di
Indonesia, ketika menunjuk, menerima atau memberikan sesuatu, sedangkan di
Barat hal itu biasa saja. Mencium tangan wanita yang bukan mahram merupakan
kelaziman di Barat, namun bagi kaum muslim hal ini bahkan merupakan
pelanggaran. Di beberapa bagian di Bulgaria dan di Yunani, mengangguk berarti
tidak, sedangkan di beberapa bagian di India selatan, menggelengkan kepala
berarti ya. Isyarat OK di Amerika berarti pria homo seksual di Malta. Isyarat
genggaman tangan kedua tangan di atas kepala dimaksudkan sebagai persahabatan
internasional saat Premier Sovyet Khrushchev datang ke AS tahun 1960-an, namun
ditafsirkan orang Amerika sebagai arogansi.
Pesan nonverbal yang
paling bermakna adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata. Para ahli
fisiologi memperkirakan bahwa wajah manusia
dapat menghasilkan 20.000 ekspresi. Seorang peneliti mencatat 7777
ekspresi berbeda dalam penelitian atas perilaku di sebuah ruang kelas (Taylor
et al., 1992:26). Menatap mata atasan di
Indonesia bisa menjadi masalah karena perilaku itu dianggap tidak sopan,
sementara di Barat menatap mata lawan bicara, termasuk atasan, justru
diharapkan karena itu menggambarkan kejujuran.
Penggunaan ruang dan waktu juga berbeda
secara budaya. Dalam konteks bisnis, di Jerman ruang bersifat “sakral” dan
sangat privat. Di sebuah perusahaan Jerman setiap manajer mempunyai ruangan
pribadi dengan satu pintu yang selalu tertutup. Di AS di mana privasi juga
penting, tetapi tak sepenting di Jerman hanya manajer utama yang punya ruang
kantor yang privat.
Busana adalah aspek nonverbal yang juga
penting diperhatikan. Apa yang disebut busana yang normal sering terikat oleh
budaya. Para pebisnis lazim mengenakan busana lengkap, termasuk jas dan dasi,
untuk menunjukkan bonafiditas. Namun tidak semua pebisnis seperti itu.
Perbedaan Orientasi dan Nilai Budaya
Proses komunikasi dalam
negosisasi antarbudaya yang terjadi jelas lebih rumit daripada dalam negoisasi
dengan orang-orang yang berbudaya sama.
Perbedaaan-perbedaan dalam orientasi
nilai budaya juga dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam berbagai perilaku dan
presentasi bisnis.
pentingnya mempelajari etika komunikasi
bisnis lintas budaya yang melibatkan komunikasi tatap muka.
Membangun komunikasi kesehatan di
Indonesia
Persepsi manusia adalah
inti komunikasi. Komunikasi yang efektif memiliki kemungkinan pasien untuk
sembuh dari penyakit. Keadaan sakit harus dikonstruksi secara sosial. Definisi
konstruksi sosial sebagai hubungan timbal balik simbolik antara kesadaran diri
sendiri dan kesadaran orang lain.
Salah satu upaya untuk
meningkatkan pelayanan dokter kepada masyarakat adalah dengan meningkatkan
keterampilan komunikasi mereka. Suatu kebiasaan dokter yang merusak adalah
keengganan mereka untuk mendengarkan pasien. Dalam suatu penelitian di Barat
ditemukan bahwa hanya dalam 23 % kasus pasien punya kesempatan menuntaskan
penjelasanny. Dalam 69 % kunjungan pasien, dokter melakukan interupsi,
mengarahkan pasien kepada penyakit tertentu. Lebih dari itu, secara rata-rata
dokter memotong pembicaraan setelah pasien mereka berbicara hanya 18 detik
(Taylor, 1999:275) di Indonesia kemungkinan besar dokter lebih mendominasi lagi
pembicaraan dengan pasien, karena masyarakat indonesia paternalistik.
Komunikasi kesehatan
juga dipengaruhi oleh kepercayaan, nilai, dan bahasa (verbal dan nonverbal). Komunikasi antara dokter dan
pasien juga mencakup komunikasi nonverbal. Salah satu aspek komunikasi nonverbal
yang penting adalah sentuhan. Riset dalam komunikasi kesehatan menunjukkan
bahwa kebutuhan pasien akan sentuhan tidak dipenuhi oleh profesional medis (
kreps dan Thornton, 1992:33) Isyarat
tangan merupakan salah satu komunikasi nonverbal. penataan ruang
bersifat simbolik dan mempengaruhi hubungan dokter dan pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar