Source: http://caramembuat524.blogspot.com/2014/01/cara-agar-blog-tidak-bisa-di-copy-paste.html

Sabtu, 05 Mei 2012

Metode E.D.F.A.T dalam Fotografi


EDFAT sebagai Dasar Foto Essay

Entire Detail Frame Angel Time atau disingkat EDFAT merupakan metode yang diperkenalkan Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University sebagai salah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode iniadalah sesuatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita. Suatu pembiasaan melatih metode EDFAT dalam tindakan fotografi setiap calon foto jurnalis maupun fotografer amatir , setidaknya membantu proses percepatan pengambilan keputusan terhadap suatu event atau kondisi visual bercerita dan bernilai berita dengan cepat dan lugas. Seorang fotografer memang tidak harus terpaku dengan teknik yang ada, namun sebagai dasarnya penguasaan teknik itu perlu agar dapat mengeksplor lebih dari teknik yang pernah dipelajari. EDFAT sendiri dipelajari sebagai basic dalam  memudahkan seorang fotografer untuk merangkai cerita dalam foto essay agar rangkain cerita yang akan dibuat tidak mengalami jumping.

Entire
Dikenal juga sebagai established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai obyek. Memusatkan keseluruhan sebuah peristiwa, merekam keseluruhan objek atau semua elemen yang ada disebuah frame. Format gambar/foto dapat horizontal atau vertikal. Entire (keseluruhan), ambil gambar keseluruhan lingkungan termasuk manusianya. Cara ini dianggap banyak fotografer jurnalistik baik untuk mengenalkan subyek foto dan lingkungannya kepada para pembaca.

Detail
Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point of interest. Merekam lebih detail dari berbagai elemen yang menyangkut suatu peristiwa. Merekam dengan format vertikal atau horizontal. Detail foto berkaitan dengan kejadian. Suasana emosional subjek pada saat peristiwa terjadi. Details (kerincian), bergeraklah maju mendekati obyek untuk melihat lebih detail, ajak subyek untuk berinteraksi, perhatikan mata, rambut, apa yang dia pakai. Ambil visual yang kuat sebagai ciri khusus dari subyek dan atur komposisi yang bagus.

Frame
Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini. Mengatur komposisi foto dalam bentuk vertikal atau horizontal menempatkan subjek pada posisi tengah, atas, samping, ataupun bawah. Pengaturan penggunaan lensa wide, tele, maupn zoom. Mengatur jarak pandang bila menggunakan lensa standard agar koposisi enak dilihat dan dalam. Angle (sudut pengambilan), atur sudut pengambilan dari berbagai sudut, bisa dari atas, bawah, dekat atau jauh, samping kiri atau kanan subyek.

Angle
Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan. Angle disini dimaksudkan pada sudut pengambilan. Pemahaman komposisi dan pengambilan bidang gambar yang baik dalam pengambilan sudut dari sebuah peristiwa. Sudut pengambilan dapat diambil dari atas (high angle), sejajar (eye angle), bawah (low angle), atupun sebagainya. Time (waktu), ambil kesempatan secepatnya jangan menunda waktu, karena bisa saja peristiwa tersebut tidak terulang lagi, atau kesempatan ini akan diambil orang lain. Dalam bahasa fotografi cara ini biasa disebut momment in time yang tepat.

Time
Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan. Saat yang tepat itu, memberikan ketepatan informasi dan makna dalam sebuah foto. Cerita dalam sebuah foto sudah memiliki simbol yang kuat.

Fotojurnalistik memang suatu profesi yang tidak sekadar menyajikan yang tersirat dalam foto yang dipublikasikan melalui beragam media canggih saat ini. Seorang fotojurnalis juga harus memiliki nurani dan tanggungjawab sosial atas karya-karyanya disamping keahlian dan kecekatan yang dimiliki.
Untuk menghasilkan foto-foto yang berkualitas tentu saja dibutuhkan kesabaran dan kerja keras. Dan yang tak kalah penting seorang fotokurnalis sebagiknya juga harus memahami terhadap obyeknya. Untuk itu, dengan berbekal pengetahuan yang luas, seorang fotojurnalis akan dengan mudah bergaul, memahami kebiasaan-kebiasaan sosial masyarakat atas suatu peristiwa yang bernilai berita.
Kecepatan dalam menangkap moment juga menjadi faktor penting bagi seorang fotojurnalis. Karena pada dasarnya hakekat dalam memotret itu adalah: Ada fakta/peristiwa (obyek yang difoto), Poin of interest (hal penting yang menjadi interes saat memotret), Penguasaan teknik fotografi (penguasaan terhadap alat), Hasil yang dicapai (karya yang baik).



Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar